Rabu, 12 Desember 2018

MAHASISWA SEBAGAI GENERASI EMAS PENUH INSPIRATIF

MAHASISWA SEBAGAI GENERASI EMAS PENUH INSPIRATIF

Oleh : Pemuda Kamar Gelap

 

Mahasiswa kebanyakan hanya diam saja, mereka sibuk dengan diri sendiri, apatis (masa bodoh), tidak peduli dengan keadaan bangsa ini minimal dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya dan sombong hanya dengan titel mahasiswa yang menghiasi hatinya, muncul kebanggaan diri. Bahkan mereka mengira waktu muda digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dengan bersenang-senang bersama teman karibnya ataupun dengan lawan jenisnya. Apalagi mereka tumbuh di lingkungan sekuler yang memilah-milah agama dan kehidupan yang berpengaruh pada perilaku keseharian mereka.

Kuatnya arus globalisasi dan informasi telah meracuni pola pikir dan pola sikap mereka. Mahasiswa lebih bersikap hedonis. Hal ini disebabkan pengaruh budaya Barat yang telah meracuni mahasiswa. Mereka dengan mudah meniru budaya asing tanpa menyadari risikonya dan menghabiskan masa mudanya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat juga terjebak pada sistem kapitalis dalam bidang ekonomi yang cenderung konsumtif. Ada pengaruh dari sistem pendidikan yang membentuk mentaliti mahasiswa. Mulai dari sekolah dasar diajarkan ilmu yang bersifat dogma dan ketika di sekolah menengah pun diajari untuk mempelajari ilmunya dengan orientasi kerja, akibatnya tidak ada kebebasan berfikir serta mempelajari ilmu serasa dibelenggu oleh orientasi tersebut. Dari sini terbentuklah mentaliti mahasiswa yang saat ini dirasakan hedonis dan pragmatis.


Mahasiswa adalah intelektual terdidik dengan segala potensi yang ada pada dirinya. Kampus merupakan sarana yang paling efektif untuk melahirkan kaum intelektual sejati. Seorang mahasiswa intelektual seharusnya tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tapi juga kecerdasan spiritual. Mahasiswa yang memiliki kepribadian islam yaitu pola pikir dan pola sikap islami. Keterpaduan nilai-nilai islami dan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya.


Mahasiswa sebagai iron stock (penerus masa depan), yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan berkepribadian Islam. Bangsa ini membutuhkan regenerasi yang akan mengganti generasi terdahulu dengan generasi baru yang memiliki semangat baru. Mahasiswa merupakan harapan bangsa, harapan masyarakat, harapan keluarga, dan harapan dunia. Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan. Mahasiswa harus siap dengan segala tuntutan yang harus dimiliki untuk mengemban amanah sebagai calon pemimpin masa depan. Generasi yang berjiwa pemimpin tampak dari tanggung jawabnya terhadap segala aktivitas dalam kehidupannya, baik pemimpin bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia. Seorang pemimpin yang memiliki aqidah yang kuat, melaksanakan syariat Islam. Pemimpin yang memiliki karekter menjadikan syariah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengaturan masyarakat dan dirinya, menolak penjajahan dengan segala bentuknya, menolak segala bentuk pemikiran atau ideologi penjajah. Pemimpin harapan bangsa ini yang hanya akan terwujud dalam sebuah negara Islam yang akan menerapkan sistem Islam.


Mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Dimana mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari kehidupan sosial sehingga mahasiswa harus ikut merasakan dan bersikap tanggap terhadap berbagai permasalahan yang sangat kompleks yang terjadi di masyarakat. Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini akan menjadi cerminan bangsa di masa yang akan datang. Jika mahasiswa rajin, terus belajar, tiada henti berjuang membela keadilan dan kebenaran maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat. Generasi yang berkepribadian Islam akan terus-menerus melakukan perubahan di masyarakat menuju kehidupan yang Islami dan akan berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan dan motor perjuangan Islam yang nyata di tengah masyarakat.


Mahasiswa sebagai agent of problem solver. Dimana, mahasiswa harus menjadi generasi yang memberikan solusi dari setiap persolaan yang terjadi dalam lingkungan dan bangsanya sendiri. Di bidang pendidikan, kondisi dunia pendidikan di negeri ini boleh dikatakan makin memburuk. Hal ini ditandai oleh banyaknya siswa yang tidak lulus dalam Ujian Nasional (UN). Makin mahalnya biaya pendidikan. Di bidang hukum/peradilan semakin merajalelanya mafia hukum/peradilan. Di bidang politik/pemerintahan, kasus-kasus korupsi makin banyak dan beragam dengan berbagai modus. Di bidang ekonomi, rakyat banyak yang hidupnya tak layak, busung lapar terjadi di beberapa tempat. Negeri yang kaya-raya dengan sumber daya alam ini pun masih menyisakan sekitar 100 juta penduduk miskin menurut kategori Bank Dunia. Parahnya lagi, rakyat harus menanggung beban utang luar negeri yang November 2018 ini menembus Rp 5371 triliun. Di bidang kesehatan, sejumlah kasus gizi buruk terjadi di berbagai daerah, yang tentu berkaitan langsung dengan masalah kemiskinan. Biaya kesehatan makin tidak terjangkau. Hanya dengan menerapkan sistem Islam semua masalah itu dapat terselesaikan dengan tuntas.

Mahasiswa sebagai agent of control (penyampai kebenaran). Fungsi ini dilakukan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa negara. Ketika ada aturan ataupun sikap pemimpin yang menzolimi rakyat maka mahasiswa harus mengoreksinya agar kejadian itu tidak terulang lagi. Penguasa harus berusaha memenuhi keinginan rakyatnya yang menjadi hak mereka.

Pemuda/mahasiswa merupakan aset yang berharga bagi umat ini. Mahasiswa memiliki potensi yang lebih dalam hal fisik, intelektual maupun intelejensinya. Potensi itulah yang harus dicurahkan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk membangkitkan dirinya dan umat Islam ini dari keterpurukan. Sudah seharusnya seorang pemuda/mahasiswa berperan aktif untuk mengubah realita tersebut baik yang menimpa umat Islam pada khususnya maupum manusia pada umumnya. Itulah pemuda/mahasiswa harapan umat yang mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya serta berjuang bersama umat menuju kebangkitan yang hakiki.

Seorang pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Dalam kehidupan bernegara harapan kepada para pemuda sangatlah besar karena mereka sebagai generasi penerus yakni meneruskan nilai-nilai kebaikan. Mereka sebagai generasi pengganti yang akan menggantikan orang-orang yang memang sudah tidak baik dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min tapi tegas kepada kaum kafir. Mereka sebagai generasi pembaharu yang akan memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu masyarakat.

Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat saat ini masih cukup jauh dari Islam. Seperti terlihat di masyarakat korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Kalau hanya berdiam diri berarti membiarkan ‘kekalahan’ ideologi yang diyakini kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan ke arah yang tidak dikehendaki. Melakukan perubahan adalah perintah Allah SWT di dalam ajaran Islam.

Bila kejayaan Islam masa lalu muncul karena dakwah Islam yang banyak ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih, mengunakan waktunya demi perjuangan Islam, maka demikian juga dengan masa depan Islam. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Untuk membangkitkan umat, diperlukan pemuda-pemuda yang mau bergerak secara ikhlas dan sungguh-sungguh untuk meraih kembali kejayaan Islam. Pemuda yang dibutuhkan adalah para pemuda Islam sekualitas para sahabat yang memiliki tauhid yang lurus, keberanian menegakkan kebenaran serta memiliki ketaatan pada Islam. Dengan dorongan peran pemuda inilah maka perjuangan penegakan kembali aturan Allah di muka bumi ini akan berlangsung hingga Islam kembali tegak.


Wallahu a’lam bi ash-shawab.


SumberKaskus.com

Tidak ada komentar: